Senin tanggal 22 Agustus 2011. Minggu terakhir saya bekerja sebelum liburan panjang (relative dan subjektif) untuk merayakan Lebaran. Saya sudah tidak sabar lagi menunggu akhir minggu tiba dan segera pulang ke rumah orang tua saya di Bandung. Iseng-iseng saya membaca salah satu surat kabar ibukota (sebut saja Kompas) yang mengulas tentang fenomena yang kerap terjadi di setiap bulan puasa dan menjelang Lebaran. INFLASI. Ya, Inflasi, kenaikan harga barang-barang secara umum.
Dalam artikel tersebut ditulis “Bulan yang memilki waktu puasa paling banyak akan cenderung mengalami inflasi lebih tinggi dibandingkan bulan yang waktu puasanya lebih singkat. Pemicu inflasi di bulan puasa dan lebaran biasanya gabungan antara konsumsi masyarakat yang meningkat, peningkatan mobilitas, dan bertambahnya jumlah uang beredar. (Kompas, 22 Agustus 2011: “Gejolak Harga di Tengah Puasa”).
Dalam salah satu buku yang pernah saya baca (saya lupa judulnya..hehe :) ), inflasi sebenarnya timbul dari keserakahan manusia. Ketika terdapat sejumlah barang, manusia akan menawarkan harga yang dapat dia bayarkan untuk mendapatkan barang tersebut. Namun, ketika lebih banyak yang menginginkan barang tersebut, maka manusia akan saling menawarkan harga yang lebih tinggi untuk mendapatkan barang tersebut.
Saya jadi berpikir. Bukan kan dengan berpuasa kita mengurangi konsumsi makanan kita yang biasanya 3 kali sehari menjadi 2 kali sehari? Lalu, mengapa konsumsi masyarakat malah semakin meningkat? Bukankah denga berpuasa kita akan merasakan penderitaan rakyat kecil yang kelaparan? Dan dengan merasakan penderitaan tersebut, diharapkan akan timbul rasa empati dalam diri untuk membantu saudara-saudara kita tersebut dalam bentuk infaq, shadaqah, dan zakat. Lalu mengapa jumlah uang yang beredar malah bertambah? Bukankan dengan berpuasa kita belajar melawan hawa nafsu kita dan membersihkan diri kita dari segala sifat ketamakan dan keserakahan? Lalu mengapa kita malah menjadi lebih serakah?
Apakah kebanyakan dari kita hanya menganggap puasa ini sebagai ritual semata tanpa memahami maksud dan tujuan Allah memerintahkan kita (umat-Nya) untuk berpuasa? Karenanya banyak dari kita “balas dendam” ketika waktu berbuka tiba setelah selama hampir 12 jam lebih kita dilarang untuk makan dan minum? Karena banyak dari kita membeli barang-barang agar dapat telihat baik saat Lebaran?
Kita. Ya, saya menggunakan kata “kita”, bukan “kalian”. Ini berarti mungkin saya termasuk salah satu manusia penyumbang inflasi di negeri ini karena saya belum memahami makna “berpuasa”. Ini berarti mungkin saya termasuk manusia yang serakah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar