Jumat, 15 Juni 2012

Ini Medan, Bung! (part. 2)

Sinar matahari berebut masuk ke jendela hotel yang tertutup gorden. Saya berusaha membuka kelopak mata, mempersilahkan sinar menelusup masuk agar retina bisa mengenali bentuk dan warna. Dewi masih terlelap tidur. Jam 07.00. "Ahh, aku telat meminta kemudahan hari ini pada Tuhanku.."
medan dibalik tirai
Saya terbangun. Merasakan lilitan di perut. Memaksa saya berlari terbirit-birit ke kamar mandi. Sampah yang ada di kolon ini memaksa keluar, menekan rektum, berebut keluar melalui mulut anus.
"haaah..", bernapas lega.
Asam laktat masih menumpuk di otot-ototku akibat perjalanan semalam. Saya hidupkan keran dan putar ke arah kanan. Air mandi tak kunjung hangat.
"Sial, pantas saja semalam si pelayan hotel memberikan harga murah. Ternyata, sebanding dengan pelayananannya..grrr"
Karena insiden semalam, kami diberi special rate. Kami pikir pihak hotel memberikannya untuk mengobati kekecewaan kami. Ternyata, karena fasilitas di kamar tidak dalam kondisi full capacity. Mau tak mau, saya membiarkan air dingin ini membahasi tubuh saya.

The Trip is Beginning Now..

Insiden kecil kemarin malam tidak menyurutkan semangat kami untuk berkelana di kota ini. Sengaja kami tidak memilih bergabung dengan panitia lain dan menolak beberapa tawaran city guide dari teman atau temannya teman kami. Kami memberanikan diri, membiarkan diri kami tersesat, dan semoga saja kami tersesat di jalan yang benar.

Dari hotel tempat kami menginap, kami menaiki bentor menuju Mesjid Maimoen. Iya, Bentor, Beca motor. Kendaraan khas kota medan. Ini pengalaman pertama kami menaiki bentor. Tak sampai sepuluh menit, kami sudah tiba di Mesjid Maimoen. Mesjid ini terletak di perempatan jalan. Ia tak kalah megah dengan plaza yang ada di seberangnya.

Kami memasuki gerbang mesjid. Mesjid megah ini dinamai Mesjid Raya Al-Mashun, namun masyarakat lebih akrab dengan nama Mesjid Maimun karena letaknya yang dekat dengan Istana Maimoen. Ada beberapa hal yang dilarang dilakukan ketika memasuki tempat suci bagi umat Islam ini.

Peraturan tetaplah peraturan. Serangkaian kata yang dibuat oleh manusia. Larangan yang dibuat sebenarnya bertujuan untuk menjaga lingkungan di masjid dan sekitar masjid. Sayangnya, dengan tingkat kesadaran lingkungan masyarakat Indonesia yang rendah, terlebih tidak adanya pengawasan dari pihak berwenang, peraturan itu hanyalah menjadi hiasan. Yang berdiri di depan gerbang yang kokoh. :(

Di halaman masjid, ada beberapa anak, bahkan orang dewasa yang bermain bola. Tak heran bila kaca jendela mesjid yang cantik warnanya, yang umurnya ribuan tahun, ini seperti gigi yang tidak terawat. Lubang dimana-mana. :(

Kami menaiki tangga untuk menuju mesjid. Di depan pintu, berdiri penjaga sandal yang siap menomori dan menjaga alas kaki pengunjung yang akan memasuki mesjid. Kini tampak jelas lubang-lubang kaca jendela. Juga terasa kasarnya ubin yang tidak pernah digosok.

Kami masuk lebih dalam. Ketika memasuki ruang utama ini, baru terlihat dengan jelas bahwa bangunan Mesjid Maimoen berbentuk segi delapan. Ruangan ini dibagi dua, dibatasi oleh selembar kain tipis. Tentunya, bagian depan adalah tempat beribadah untuk para pria dan bagian belakang, tempat para wanita.

Kami sudah shalat dzuhur sebelum berangkat kesini. Sehingga, disini kami hanya mengambil beberapa gambar. Di mesjid, tampak beberapa tua beristirahat sembari menjaga peminjaman mukena bagi pengunjung yang tidak membawa mukena. Saya menghampiri salah satunya.
"Tuhkaan, padahal sudah nenek ingatkan untuk mengembalikan kembali mukena yang dipinjam, agar mesjid keliatan rapih, tapi tetap saja ada yang tidak mendengar..", keluh nenek kepada saya.
Saya berbicara dengan nenek berusia 90 tahun ini. Dari logatnya, saya bisa menebak darimana si nenek berasal. Yah, Sumatra Barat.
"Nenek asalnya mana..?"
"Siapa? Nenek? Oooh, nenek dari sumatra barat deek.." 
"Pantas. Logat bicara nenek gak asing buat saya. Tebakan saya berarti benar.."
"Emang adek asli mana?"
"Ooh, ibu saya orang Pariaman, nek. Sungai Limau? Tau kan? Bapak saya dari Wates, Jawa. Tapi, saya lahir dan besar di Bandung. Jadi, sudah gak kentara lagi minangnya. Gak bisa ngomong bahasa awak, tapi mengerti kok nek..hehe"
Malu-malu saya menjelaskan, malu karena sebagai orang minang, perempuan pula, tapi tidak bisa berbicara bahasa awak. Saat berbicara dengan si nenek, saya merasa bertemu lagi dengan alm. nenek saya yang wafat lima tahun silam. Aroma tubuh yang sama.

Namun, saya menghampiri si nenek bukan untuk mengenang alm. nenek. Saya ingin menggali informasi tentang tempat ini. Saya teringat kata si pacar, "Kalo jalan-jalan itu jangan cuma foto-foto, tapi juga gali informasi, cerita. Pasti ada pelajaran yang diambil dari cerita-cerita orang setempat..". Setiap kali kami (saya dan si pacar) mengunjungi suatu tempat, ia selalu mendorong saya untuk bertanya, menyatu dengan orang setempat. Namun, saya selalu enggan. Dan kini, saat saya tidak berpergian dengannya, saya malah terdorong oleh rasa keingin-tahuan saya.
 "Yang nenek tahu, ada cerita sedih waktu pembangunan mesjid ini. Dulu, katanya, waktu buat kubah mesjid ini, ada tiga orang jatuh dari atas. Liat saja kubahnya, tinggi kan?, jelas si nenek de.

Sebuah panggung, berdiri di tengah ruang beribadah bagi perempuan. Tangga menuju ke atas panggung melingkar di kanan-kirinya. Empat gulungan sajadah, dua di kanan-dua di kiri, dibentuk huruf X. Pertanda dilarang naik ke atas.
"Kenapa dihalangi kerpet sajadah begitu nek?"
"Itu, kadang-kadang ada anak-anak yang suka naik-naik ke atas. Padahal, sudah nenek peringati untuk tidak naik, tapi orang tuanya yang malah menyuruh si anak untuk naik-naik.."
Ada nada kedongkolan dari penjelasannya.
"Memang itu buat apa nek?"
"Itu nanti dipakai saat bulan Ramadhan, untuk shalat tarawih deek. Ada tiga laki-laki yang solat di atas sana. Kalo ganti rakaat, mereka yang akan bershalawat.."
Yah, hanya segitu. Tidak banyak cerita dan info yang bisa saya dapatkan dari si nenek. Namun, tak apa. Di depan, semoga banyak yang bisa saya dapatkan. Semoga. :)

naik bentor di medan :D
teman saya, Dewi, di bentor
Larangan di Mesjid Maimoen
Kemegahan Mesjid Maimoen
Keindahan Mesjid Maimoen
Gerbang Mesjid Maimoen
Tempat Wudhu
Menara Mesjid Maimoen
Lorong
Lorong
Panggung untuk pembaca shalawat
Kubah mesjid. Cantiknyaa..
Panggung Khutbah
Lampu
SETELAH DIPAKAI HARAP DILETAK DENGAN RAPI
Mesjid Maimoen kala senja














Tidak ada komentar: